Ditulis oleh : Nurma Mustika – 202046500311 – R4E
Pendahuluan
Film ‘Tanah Surga... Katanya’ ini disutradarai oleh Herwin Novianto dan rilis pada tahun 2012 silam, film ini juga diproduseri oleh Deddy Mizwar. Film ini mengangkat tema tentang rasa Nasionalisme, bercerita mengenai warga Negara Indonesia yang tinggal di Wilayah perbatasan NKRI dengan Malaysia.
Dalam Film ‘Tanah
Surga... Katanya’ perbedaan terlihat dengan begitu jelas diperbatasan Indonesia
dan juga Malaysia. Baik dari segi Infrastruktur maupun dari segi perekonomian,
yang dimana diceritakan lebih mudah dalam mencari pekerjaan di Negeri Jiran dibandingkan
di Tanah Air sendiri.
Isi
Bentuk Format : Film Drama
Penanda : Hasyim adalah seorang mantan relawan konflik
Indonesia dengan
Malaysia 1965, hidup sendiri setelah istri tercintanya meninggal
dunia, ia memutuskan untuk tidak menikah dan tinggal bersama Haris dandua
anaknya yaitu, Salman dan Salina. Hidup di perbatasan Indonesia-Malaysia
menimbulkan masalah tersendiri karena ditandai dengan lambatnya pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Masyarakat perbatasan harus berjuang mati-matian untuk
menyelamatkan nyawa mereka, termasuk keluarga Hasyim, namun kesetiaan dan
kesetiaannya kepada bangsa dan negara membuat Hasyim bisa bertahan.
Petanda : Tak disangkakan Hasyim menderita sebuah penyakit
yang mengancam
jiwa, dokter dinas rahasia berharap Hashim akan dirawat dengan lebih baik. Hingga suatu ketika Salina dan ayah kandungnya berada di Malaysia, penyakit Hasyim kambuh dan Salman bingung dan dipanggil oleh personel intelijen. Salman dan Dr. Inter membawa Hasyim ke rumah sakit ketika kapal yang dia tumpangi kehabisan bensin. Ketika Hashim meninggal di jalan.
Kesimpulan
Film "Tanah Surga... Katanya" menunjukkan relevansinya dengan realitas kehidupan di daerah perbatasan. Dalam film ini ia menggambarkan situasi di mana orang-orang di perbatasan masih berjuang untuk mencintai negaranya, meskipun pembangunan dan pertumbuhan ekonominya terbelakang. Di film "Tanah Surga... Katanya” Dia menyatakan Ternyata pemahaman nasionalisme masih dimaknai secara dangkal. Nasionalisme tetap sebatas bendera merah putih lagu kebangsaan Garuda Pancasila. Namun, nasionalisme itulah yang kita pakai. Nasionalisme bukan hanya tentang lagu kebangsaan yang selalu kita pakai, bernyanyi lagu kebangsaan dan selalu mengibarkan bendera merah putih, tetapi juga sikap terhadap negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar